Tuesday, May 27, 2014

Vineth Bakery : Demi cinta dalam sepotong roti

Kalau anda tinggal di Jakarta dan penggemar roti pastinya tidak asing lagi dengan nama bakery ini. Sebelum saya jadi penggemar roti dan pergi merantau ke negeri jauh disana saya sudah sering mendengar nama toko roti ini dari ibu mertua saya. Sekitar awal tahun 80-an ibu saya sudah mulai membeli roti di bakery ini sepulang dari Jerman sana.

Vineth ini satu dari tiga toko roti modern yang ada pada zaman itu, yang lain yaitu Holand Bakery dan Gandy Bakery. Vineth berdiri pada tahun 1977 dipelopori oleh bapak mertua William Wongso dengan toko pertama di daerah Samanhudi, Jakarta Pusat. Berbeda dengan Holand dan Gandy yang lebih menawarkan roti empuk rasa Asia, Vineth memproduksi roti-roti berat khas Eropa.

Tampak depan Vineth (2013)

Rasanya pernah saya mencicipi roti dari Vineth, tapi belum pernah saya datang ke toko roti ini langsung. Menjejakan kaki lagi ke Jakarta dimana tidak banyak toko roti yang tersedia rasanya wajib mengunjungi toko roti Vineth ini. Maka pagi itu kebetulan saya harus pergi ke daerah Panglima Polim untuk keluar masuk toko bangunan, tidak ada alasan untuk tidak mampir ke Vineth. Menggunakan metromini yang membelah jalur Fatmawati, sampailah saya ke depan toko roti legendaris ini.

Jangan liat tampilan luar toko yang agak ketinggalan zaman menurut saya, tapi bagian dalam toko roti sudah modern seperti toko roti yang sekarang bermunculan dimana-mana.




Entah karena saya datang yang terlalu pagi, sekitar jam 10 lebih saya masuk kedalam toko. Toko masih relatif sepi dengan beberapa pagawai didalamnya. Ada seorang pegawai menerima telpon pesanan untuk esok hari sepertinya. Banyak kue-kue kecil sudah tertata rapi di rak. Sedap nampaknya. Tapi pagi ini saya datang ke Vineth untuk membeli loaf-loaf roti bukan kue kecil tadi. Satu yang hilang, entah mengapa buat saya wangi roti yang dibakar dalam oven selalu membuat saya mabuk kepayang. Dan saya tidak mencium wangi itu di toko roti ini. Sayang. Mungkin mereka tidak membakar rotinya disini pikir saya lagi.

Sambil memilih-milih roti apa yang hendak saya beli, saya mengambil beberapa foto. Tidak lama seorang pembeli yang terburu-buru turun dari mobil, mungkin dia ditunggu majikannya. Memesan roti, membayar lalu pergi. Saya berpikir lagi mungkin sudah tidak nge-trend belanja ke toko roti dan memilih sendiri. Atau mungkin takut terjebak macet, karena jalan Panglima Polim ini terkenal jalur padat sepanjang masa.

Roti-roti cantik menunggu anda
Care to try?
Entah saya yang datang terlalu pagi, hingga belum semua rak roti terisi. Entah juga saya yang terlalu siang untuk ukuran toko roti, sehingga roti-roti yang lain sudah dalam perjanan ke tempat yang lain. Roti Vineth memang bisa kita temukan di beberapa tempat lain yang menyasar expatriat, seperti di Kem chick, Ranch Market dan Hero. 

Akhirnya saya memutuskan membeli beberapa jenis roti. Volkorn Brot (Rp. 32.500), Brotchen Poppy Seeds (Rp. 5500) dan Kraftforn Light (Rp. 30.000). Saya tidak bisa menemukan titipan suami saya untuk membeli roti garlic (Garlic Ficelle) yang katanya signature bread dari Vineth, raknya kosong. Entah belum dibuat atau mungkin sudah habis diantar. Maafkan saya yang tidak terbiasa dengan nama-nama roti Eropa. Saya harus belajar lebih banyak lagi sepertinya. Saya benar-benar memilih roti dari tampilan lebih sehat dan harganya saja. 

Sesampainya di rumah. Saya potong roti yang saya beli. Tidak ada kepuasan yang lain setelah berpanas-panas di dalam metromini dan angkot yang sering kali berhenti, selain mencicipi roti dan menyeduh secangkir teh hangat favorit. Sungguh saya ingin suka roti ini. Ada sesuatu yang hilang. Saya rindu roti enak. Saya kangen wangi roti yang semerbak.

Tanpa mengurangi kekaguman saya pada William Wongso. Saya bertekad kembali ke Vineth, mencoba roti yang lain. Mungkin kunjungan nanti menggunakan taksi atau mobil pribadi. Demi sepotong roti enak dan secangkir teh hangat.

Vineth Bakery
Jl. Panglima Polim 63-65
Jakarta Selatan
+62 21 7244911
Daily : 8am-8pm

5 comments:

  1. Melihat ini kok saya teringat membaca Madre-nya Dee, hehe..
    Selamat pagi Mak :))

    ReplyDelete
  2. Selamat pagiii jugaaa :)
    Salam kenal, terima kasih udah mampir yaa.
    Iya, banyak cerita dibalik sepotong roti ternyata ;)

    ReplyDelete
  3. Salam kenal juga :)
    Iyaaa.. banyak cerita menuju Roma #ehh :D

    ReplyDelete
  4. suka gaya menulismu mba...ditunggu cerita2 selanjutnyaa

    ReplyDelete