Wednesday, April 30, 2014

Tekka Market : Pasar basah serba ada

Kalau kebetulan anda berkunjung ke Singapura dan kangen dengan pasar basah yang becek dan benar-benar basah, ini tempatnya. Atau kalau anda memang tinggal di Singapura dan perlu membeli keperluan dapur dan segala tetek bengeknya, ini juga tempatnya.

Saya penggemar pasar. Entah pasar becek, pasar malam, pasar loak, semua pasar yang sifatnya tradisional saya suka. Don't get me wrong, saya juga belanja di pasar-pasar modern seperti ibu-ibu pada umumnya. Tapi entah mengapa saya selalu penasaran untuk berkunjung ke pasar tradisional kalau saya mengunjungi suatu kota.

Balik lagi ke Tekka Market ini. Sebenarnya cukup gampang untuk bisa sampai ke tempat ini. Kalau anda sudah terbiasa dengan rute-rute MRT di kota ini apalagi. Tinggal mengikuti MRT garis ungu, dan berhenti di stasiun Little India, naik tangga ke ground level dan anda sudah berada di depan pasar ini.

Tekka in and out
Hampir semua ada di pasar ini, kecuali produk dairy sepertinya. Tapi saya tidak bermaksud membeli susu dan keju disini. Dan meski ada di daerah Little India, Tekka Market ini penjual dan penjaga kios-nya separuhnya bermuka Asia-China. Harganya tidak bisa ditawar, tapi jangan khawatir harganya sudah murah, kecuali untuk buah. Harga barang-barang disini ampir separuh harga di pasar-pasar modern aka super market.

Buah yang menurut saya harganya cukup mahal
Ada berpuluh kios daging seperti ini
Hasil hari ini :)
Selamat berburu.

Tuesday, April 29, 2014

Teh pagi : Banana Muffin

I'm not a big fan of banana within a cake or muffin or bread.
My son does. But this one is fluffy enough to make my morning tea perfect.
Anyone?

My mini yummy muffins

Tea and muffin, never been so good

Monday, April 28, 2014

Ada pada saat dibutuhkan, sudahkah kita?

Hmmm..menghela nafas panjang..
Pertanyaan sulit. Sudahkah kita? Sudahkah saya?



Terbayang dalam pikiran, lalu terlintas bahwa inshaAllah saya akan ada pada saat anak saya disunat, anak saya pertama masuk sekolah, anak saya dibagi rapor semesteran, anak saya pertama kali manggung di pentas sekolah, anak saya mendapat piala saat juara kelas, anak saya lulus SMA, anak saya lulus masuk perguruan tinggi, anak saya di wisuda, anak saya dilamar pacarnya, anak saya menikah, anak saya 7 bulanan, anak saya melahirkan..stop! stop! stop!
Saya sudah mengkhayal terlalu jauh. Maklum ibu-ibu.

Kembali saya bertanya sudahkah saya ada untuk anak-anak? Pada saat mereka membutuhkan. Yang saya maksud sekarang. Bukan nanti yang akan datang.

Kadang semua luput dari perkiraan, kapan anak-anak membutuhkan? kapan kita dibutuhkan?
mencoba saya mengingat kuat-kuat kapan saya membutuhkan ibu saya? ayah saya? orang tua saya? dan saya kembali tersadar bahwa setiap anak butuh orang tuanya dari mulai lahir sampai dia berubah tua dan beruban. Lalu kembali saya merunut ingatan kapan saya paling membutuhkan orang tua saya? ayah dan ibu saya, dan jawabannya ternyata hanya satu, waktu kecil. Saat saya tidak kuasa bertindak, Tidak kuasa berbuat.

Ya! saya amat teramat membutuhkan ibu dan ayah saya sewaktu kecil. Sewaktu saya belum sekuat sekarang, belum setua sekarang. waktu kecil saya tidak bisa melawan rasa sedih, tidak bisa memilih, tidak bisa tegar, tidak bisa menahan sakit, tidak bisa mengobati, tidak bisa memutuskan, tidak bisa bertindak, tidak bisa mencari makan kala lapar, tidak bisa memasak air untuk minum, tidak bisa ke dokter kala sakit, tidak bisa pergi sendirian, tidak bisa tidur dalam gelap, tidak bisa menyebrang jalan, tidak bisa. tidak bisa. tidak bisa. tidak bisa. Banyak tidak bisa. Dari hal kecil hingga besar. Sewaktu kecil manusia rapuh dan terbatas.

Kembali saya berpikir, anak-anak saya sekarang masih kecil. Manusia kecil, yang rapuh dan terbatas. Saya kembali tersadar inilah saat-saat mereka amat teramat membutuhkan saya. Membutuhkan orang tuanya. Dan saya bertanya, sudahkah saya ada untuk mereka?

Lekat dalam pikiran saya, sebelum saya beranak pinak. sebelum saya punya anak. Seorang psikolog terkenal, Sarlito Wirawan Sarwono, berkata di sebuah talk show di saluran tv ternama , 

"Orang tua zaman sekarang begitu mengherankan. Mereka seperti berada dalam waktu yang salah bagi anak-anak mereka. Sewaktu anak-anak mereka kecil mereka melihatnya baik-baik saja, anak dipelihara dan dididik oleh pengasuh mereka, toh hanya mengganti popok dan bermain saja. Tapi sewaktu mereka lebih besar hendak lulus sekolah dasar mereka berusaha mendidik dan merangkul kembali anak-anak mereka dan itu adalah salah. Kedekatan anak dan orang tua tidak akan terjadi dalam semalam. Didikan orang tua terhadap anak tidak akan terbentuk dengan mudah. Justru semua harus dilakukan sewaktu anak mereka kecil bukan saat mereka hendak menjadi besar. Sewaktu kecil anak dibebaskan dengan didikan siapa saja tapi ketika hendak besar mereka dijaga ketat dengan aturan-aturan. Seharusnya dibalik, anak yang sewaktu kecil dipenuhi kedekatan dan didikan ketika menjadi besar justu kita bisa membebaskan".
Dan kata-kata itu selalu lekat dalam ingatan.

Saya memutuskan, lupakan semua kejadian-kejadian penting yang selalu kita anggap untuk kita selalu ada. Kejadian-kejadian yang saya sebut diatas yang sebenarnya rekaan pikiran kita semata. Anak-anak mungkin tidak perlu kita untuk selalu hadir saat dia manggung di sekolah, tidak perlu kita hanya saat bagi rapor semesteran, tidak perlu kita saat sunatan, tidak perlu kita saat wisuda, tidak perlu kita saat menikah, tidak perlu kita saat melahirkan dan punya anak. semua cuma hal-hal mewah yang terlihat penting untuk kita sebagai orang tua untuk tetap ada. Karena untuk hal-hal itu orang tua sudah sepantasnya ada. Tidak perlu dipertanyakan kenapa.

Tapi pernahkan kita bertanya kapankah sebenarnya kita dibutuhkan. Ternyata pada saat-saat kecil yang kadang terlewatkan. Pada saat anak kecil kita jatuh sakit, apakah kita selalu ada? karena obat yang paling mujarab untuk anak sakit adalah ibu yang berada di sampingnya. Pada saat anak kita malas sekolah, tahu kah kita apa sebabnya? atau kita masih saja memaksanya pergi sekolah dan menganggapnya bosan belaka. Pada saat anak kita bermusuhan dengan temannya, masihkah kita menganggap semua akan membaik dengan sendirinya? namanya juga anak-anak. Atau pada saat anak kita menangis di kamarnya, tahukah kita sebabnya? atau kita menggangap dia akan baik-baik saja. Sadarkah kita kalau ternyata anak kita tidak mau melewati jalan yang sama setiap paginya gara-gara dia takut anjing galak milik rumah pojok sana? banyak hal-hal kecil, yang kadang luput dan akan selalu luput.

Orang tua saya tidak selalu ada saat saya membutuhkan. Dan saya juga tahu, mungkin mustahil bagi saya untuk selalu ada pada saat anak-anak membutuhkan. Tapi mulai saat ini saya sadar bahwa saya tidak hanya dibutuhkan untuk hal-hal besar dalam hidup anak-anak. Tapi untuk banyak hal kecil yang kadang terlewatkan.

Sudahkan kita ada saat mereka membutuhkan? Semoga.

Sunday, April 27, 2014

Bukan kesekedar obrolan basa basi

Bisakah kita menjadi teman baik, tanpa basa basi? Rindu saya dengan percakapan mendalam antar sahabat yang dangkal tapi sarat arti. Tentang lagu melayu yang lebay tapi gampang diingat. Tentang hujan berakibat banjir yang bukan hanya basa basi tapi ternyata bisa menjadi topik yang berarti.

Bisakah kita berbicara apa adanya, tanpa dibuat buat. Tanpa harus menjaga martabat dan tertawa lepas kala salah satu diantara kita terdengar mengeluarkan kentut yang suaranya berat.

Bisakah kita bicara tak habis-habis. Tertawa menangis-nangis layaknya seorang sahabat dekat.

Saya rindu semua itu. Kenapa tidak kita sekedar menjadi teman dekat, kalau memang tidak bisa menjadi sahabat.
Seorang sahabat dekat berpendapat, itu karena kita memang tidak punya kesamaan untuk bisa menjadi dekat. Persamaan keadaan, persamaan kesukaan, persamaan tujuan, persamaan pandangan. Benarkah?

Tapi saya benci senyum manis yang dibuat-buat. Tawa tertahan yang tidak bisa lepas. Dan tawa sinis dibelakang sana, saat tidak terlihat. Dan ternyata sahabat memang tidak bisa dibuat-buat.

Friday, April 25, 2014

Soup for dinner : Chick peas soup and focaccia

Chick peas soup, made from starch. Creamy and yummy.
I made pizza bianca as a side. Pizza bianca also known as focaccia, or just called it naked pizza. I put thyme and olive oil as a topping. Enjoy!

Chick peas soup and pizza bianca
My weekend dinner

PS : Siapa bilang sup hanya makanan pembuka ;)

Roti pagi ini : Apple bread

Its always feel good to start a new day with a good breakfast.
Same as to close the weekdays with homemade heartwarming bread.
Right from my boiling kitchen. Enjoy!

Granny Smith and apple chips for perfect combination



My Friday breakfast


Have a great weekend everyone!


Thursday, April 24, 2014

Es Ciming Purwakarta : es campur generasi lalu

Srluuups! Saya sambil menelan air liur saya saat menulis tulisan ini. Saya berusaha tidak subjektif karena es ini datang dari kota tempat saya lahir, yang membuat saya tergila-gila dengan es ini. Memaksa untuk singgah setiap kali pulang atau hanya lewat, pada saat saya sempat.

Purwakarta sendiri kota kabupaten yang statusnya mungkin hanya kota antara Bandung dan Jakarta. Mungkin juga tidak semua pernah singgah di kota ini. Mungkin juga banyak orang singgah hanya demi sepiring nasi dengan beberapa tusuk sate maranggi diatasnya.

Kembali ke es ciming tadi. Es ini sebenernya hanya es campur biasa yang rasanya luar biasa. Es ini dibuat dengan resep turun menurun yang kalau tidak salah sudah menurun ketiga generasi. Es yang dibuat oleh keluarga Tioghoa ini, konon sudah mulai dijajakan dari tahun 1970. Es campur atau es shanghai kalau orang Bandung bilang, tapi jangan bayangkan es ciming sebagai es yang kental dengan dengan banyak susu di larutannya. Sama sekali tidak. Es ciming adalah es paling encer yang mungkin ada di kelas es campur. Rasa nya merupakan campuran dari susu kental manis dengan sirup yg sampai sekarang tidak diketahui resepnya. Sedap.

Mungkin semangkuk tidak akan cukup

Es ini disajikan dalam mangkuk bulat berdiameter sekitar 12 cm saja. Buat saya kadang-kadang semangkuk tidak cukup, apalagi mengingat perjalanan yg jauh menuju warung es ini. Di dalamnya terdapat campuran cincau hitam, cendol kecil homemade semi frozen, serutan kelapa dan kacang hijau, dengan porsi campuran yang pas. Diberi sirup berwarna merah, ditaburi es serut yang cukup banyak dan susu kental manis secukupnya. Mungkin ini es campur paling enak yang pernah saya makan. 

Just a perfect blend, sruulps!

Warung es ini terletak di jalan utama yang membelah kota Purwakarta, di Jalan Jendral Sudirman. Maaf saya sama sekali tidak bisa menemukan nomor jalannya. Sebagai acuan warung es ini berada tidak jauh dari kantor bank BCA, berada di sisi jalan yang sama. Masih menempati tempat yang sama dengan tempat yang ada di bayangan masa kecil saya. Dengan interior yang sama. Dan jangan dibayangkan tempat makan yang up to date seperti tempat makan jaman sekarang. Warung ciming masih sama, mngkin dari generasi pertamanya. Tapi jangan khawatir tempatnya cukup bersih dan layak kunjung. 
The same old aisle to sip your ice
Di warung ini juga kita bisa menemukan makanan-makanan ringan yang ditaruh diatas botol-botol limun di tengah meja. Sayang limun jaman dulu yang ada dibayangan saya sudah tidak tersaji disana. Cemilan yang ada yaitu kerupuk berbentuk ikan, keripik bawang bulat, kacang goreng dan yang sayang untuk dilewatkan yaitu tape ketan hitam yang rasanya juga enak ketika dicampur ke es ciming tadi. Sekitar sepuluh tahun yang lalu mereka juga menambahkan menu batagor di warung es itu. Bukan batagor versi restoran, hanya batagor biasa yang rasanya juga tidak biasa. Es ciming dan batagor ciming orang bilang. Sederhana dengan rasa yang tidak biasa.

Batagor ciming for your tummy :)

Sebelum saya menjadi subjektif dan sebelum saya menelan air liur saya lebih banyak. Saya pamit ke dapur untuk membuat batagor ciming versi saya.

Wednesday, April 23, 2014

Long lost bestfriend

Berbicara tentang sahabat …
Hmmfft, membuat saya menarik nafas panjang. Bukan! Bukan karena tidak bisa menjabarkan, tapi karena tidak tau harus mulai dari mana. Dan membuat saya semakin menyadari betapa pentingnya arti seorang sahabat bagi saya.


Sahabat adalah orang yang mengerti kita, dan kadang dia tidak meminta untuk dimengerti. Sahabat adalah tempat berbagi. Hmm, sounds philosophies isn’t it?
Entahlah, kadang saya tidak perlu mengatakan apa-apa dan sahabat ini seperti dapat membaca pikiran saya. Pada saat saya perlu tempat untuk berkeluh kesah atau bahkan menumpahkan serapah, sahabat bersedia mendengarkan semua yang keluar dari mulut saya.

Sahabat tempat berbagi kesenangan, seperti saat kecengan saya menyatakan cintanya (ehm), pada saat saya lulus sidang sarjana, pada saat saya diterima kerja, pada saat saya menikah, pada saat saya mempunyai anak, bahkan sampai saat-saat kecil yang kadang luput dan tidak pernah kita ingat. Saat mendengarkan lagu favorit (saya yakin itu bukan lagu favoritnya), saat membicarakan hal-hal tidak penting di angkutan umum, saat berbagi bakso di kantin, saat pura-pura galak di depan mahasiswa baru, saat saya tertawa melihat dia menenteng-nenteng 2 ekor ayam hidup ke kampus untuk barbeque (haha, kedengarannya aneh ya?), saat dia rela membeli lampu besar yang saya ingin padahal saya tidak membayarnya, sampai hal-hal kecil lain yang mungkin saya sudah lupa.

Sahabat juga tempat berbagi kesusahan, kesedihan. Seperti pada saat orang tua kita meninggal, berpisah dengan pacar, ditolak bimbingan oleh dosen, mengejar-ngejar angkutan umum pada saat hujan, tidak punya uang dengan amat sangat, memberi semangat untuk tetap berusaha, atau bahkan menangis-nangis untuk mengejar cowok impian (haha, saya tahu hanya saya yang menangis, dia tidak! Dengan alasan laki-laki jarang menangis untuk hal yang tidak penting). Dan banyak hal lain, yang saya lupa tapi tidak mengurangi makna seorang sahabat.

Sahabat adalah orang yang bisa diajak bicara apa saja. Menyenangkan sekali punya seorang sahabat, bahkan untuk membicarakan hal yang tidak penting sekalipun. Cuaca yang selalu mendung, selebritis yang bercerai, lagu dangdut yang sedang populer, politik yang tidak habis-habis, buku yang baru terbit, film yang sedang diputar di bioskop, tagihan kartu kredit yang membengkak, sepatu berwarna pink dengan pita di depannya, warna cat yang cocok untuk rumah, warung yang enak dan murah tapi tidak bersih, semua hal kecil dibicarakan, tentu saja di luar semua hal-hal penting yang dibicarakan dengan konsentrasi penuh dan kadang penuh dengan argumen.


Sahabat adalah orang yang dapat dipercaya. Sebanyak apapun hal-hal yang kita bicarakan padanya, dia selalu dengan rapat menutup mulutnya. Baginya aib bukan untuk dibagi, kesulitan juga bukan untuk diketahui, sahabat selalu menutup semua hal buruk yang kita punya tanpa kita minta.

Sahabat adalah seseorang yang selalu ingat ulang tahun kita. Hmm, seperti sesuatu yang klise. Tapi disadari atau tidak mengingat ulang tahun ada salah satu bentuk kepedulian. Sebenarnya apapun bentuknya perhatian itu, mengingat ulang tahun seseorang dapat dikatakan kita peduli akan seseorang, dengan mengingat salah satu hari penting dalam hidupnya. Sebenarnya semua perhatian ini, tidak hanya dengan mengingat ulang tahunnya saja, dengan mengingat dan terlibat pada moment-moment penting dalam hidupnya adalah bentuk lain dari perhatian itu sendiri. Membantu dan menyemangatinya dalam menyelesaikan tugas akhir, mengingat hari ulang tahu perkawinannya, membantunya pada saat ia sakit, membawakan permen kesukaannya, menulis absennya pada saat ia bolos kuliah (ups!), mengantarkannya pulang saat terlalu malam, mengingatkannya saat ia memakai baju terlalu ketat, bahkan mengirimkan pesan singkat pada saat mereka sudah tidak bertemu sekian lamanya.

Sahabat adalah orang yang selalu mengingatkan. Apabila kita berbuat salah, seorang sahabat akan mengingatkatkan. Apabila kita sudah berbuat kelewatan seorang sahabat akan mengingatkan. Apabila kita sudah menyakiti seseorang seorang sahabat akan mengingatkan. Apabila kita lupa untuk beribadah seorang sahabat akan mengingatkan. Apabila kita sudah merokok terlalu banyak seorang sahabat akan mengingatkan. Apabila kita sudah terlalu sering bolos kuliah seorang sahabat akan mengingatkan. Apabila sudah terlalu gemuk (aha!) seorang sahabat juga akan mengingatkan. Sahabat selalu mengingatkan untuk memperbaiki segala kesalahan.

Sahabat adalah seorang sahabat. Yang ada saat kita butuhkan, yang selalu ada meskipun berjauhan, yang selalu menjadi bagian dalam hidup kita. Semua orang membutuhkan sahabat, jauh maupun dekat. Sahabat juga datang dan pergi meski dia tidak pernah benar-benar pergi. Sahabat adalah sahabat yang nama dan nomornya selalu ada di hand phone kita meski mungkin nomernya telah berganti. Sahabat akan selalu ada. Semoga orang terdekat dalam hidup kita sekarang adalah seorang sahabat.

[Thanks for all my best friend present and past, u guys always there! And big hugs for my soul mate, for being such a great best friend]

Roti pagi ini : Stecca

Nothing is better than a good breakfast :)
And I'm obsessed with a good bread.
With a nice crusty shell outside and chewy soft inside.
Please enjoy my stecca!

My stecca :)
Picture perfect crust

*Stecca mean stick in Italian.

Tuesday, April 22, 2014

Gunung Puntang : Mengunjungi sisa-sisa waktu silam

Berbulan-bulan lamanya saya tidak "menginjak" alam. Tenggelam diantara gedung-gedung beton dan kecanggihan alat transportasi dengan kartu dan mesin yang diwaktu. Minggu lalu, kalau saja anak-anak saya tidak memaksa untuk mengunjungi alam, mungkin tidak pernah kejadian.

Minggu lalu disela-sela waktu libur yang terburu-buru terselip jadwal perjalanan mengunjungi satu daerah terpencil di selatan Bandung, Jawa Barat yang mungkin sudah terlupakan bahkan tidak masuk hitungan. Dengan waktu tempuh perjalanan sekitar 2 jam saja dari Bandung menuju Pangalengan, sampailah saya ke Gunung Puntang.

Belum pernah saya kesana, ketinggalan zaman rasanya. Jangan dibayangkan gerbang masuk yang megah dan keren, jangan dibayangkan pula penginapan yang modern dengan warna abu-abu sebagai catnya. Yang ada hanya alam apadanya. Itu saja cukup buat saya.

Hanya dengan membayar 10.000 rupiah per mobil, kita sudah bisa masuk ke alam (yang menurut saya) lain. Bisa memilih tempat manapun untuk mendirikan tenda. Bisa teriak-terak sesuka hati. Bisa foya-foya menghirup udara gratis beraroma pohon pinus yang dibuat tanpa bahan kimia.


Satu lagi yang membuat saya jatuh cinta sama si puntang ini, daerah Gunung Puntang tempat dibangunnya pemancar stasiun radio Malabar oleh pemerintah Belanda pada tahun 1917. Selain stasiun pemancar disini didirikan juga bangunan-bangunan lain yang digunakan sebagai perkantoran dan rumah-rumah dinas, lapangan olah raga bahkan bioskop. Dulu daerah pemukiman ini dikanal dengan nama kampung radio. (Radio Dorf). Buat saya yang sedikit tergila-gila dengan cerita lama, barang-barang tua, sejarah dulu kala, daerah Gunung puntang ini jadi lebih menarik rasanya. Membayangkan ada kota tua yang dulu pernah berdiri disana, tepat disebelah tenda tempat saya tidur malam ini.



Bagian kolam yang tersisa

Memutuskan untuk kembali lagi, dengan waktu yang lebih panjang mungkin. Sehingga tidak ada alasan untuk tidak berjalan lebih jauh, berendam lama-lama di air sungai yang dingin, memotret lebih banyak dan menghirup udara bersih dalam-dalam untuk bekal ke kota nanti.

Puing-puing bangunan yang ada
Siapa yang tidak jatuh cinta?
Seperti screen shot di film-film ternama
Campers have s'mores fun :)
Sampai ketemu lagi.

Monday, April 21, 2014

Kartini dan wajah baru perempuan Indonesia

Pada saat bentuk tubuh menjadi ukuran, pada saat garis wajah menjadi penting, pada saat bentuk hidung dan bentuk bokong menjadi hal mutlak yg ada dalam penilaian. Wajah cantik, rambut panjang, kulit putih bersih, badan tinggi langsing. Pada saat semua hal-hal diatas diidamkan semua perempuan Indonesia saat ini. Mungkin.

Entah apa yg terjadi, mungkin sebegitu besarnya pengaruh media dan dunia maya yang notabene hanya mempertontonkan hal-hal diatas dari seorang perempuan. Entah dia artis, pemain film, pesinetron, bintang iklan, caleg, sampai-sampai peran seorang asisten rumah tangga di sinetron tidak lagi layaknya si mbok karena dia tinggi, langsing, putih dan bergincu pula.

Tidak sedikit perempuan yg dalam benaknya terlintas
"andakan badan saya seperti Sofia Latjuba"
"andaikan bokong saya seperti J-Lo"
"andaikan hidung saya seperti Tamara Blezinsky"
"Andaikan saya secantik Dian Sastro"
Andaikan..andaikan..dan banyak andaikan yang lain.
Percaya atau tidak, tidak sedikit perempuan Indonesia yang rela melakukan apa saja untuk dapat berubah, dengan alasan menjadi lebih baik. Atau untuk lebih cantik?

Satu hal yang menyedihkan, yaitu dengan digunakannya semua “perangkat” yang dimiliki oleh seorang perempuan sebagai alat jual. Entah itu media cetak atau media elektronik, tidak sedikit iklan-iklan yang isinya hanya “mempertontonkan” perempuan untuk dapat menjual produknya. Dan sebegitu bodohnyakah seorang perempuan Indonesia sehingga rela untuk diexploitasi demi masuk koran dan tv? Ataukah sebegitu mahalnyakah harga sebuah ketenaran sehingga diperjuangkan dengan segala cara?

Dilain pihak, dengan semakin berkembangnya bisnis kecantikan di negeri kita ini, dengan salon-salon yang yang semakin menjamur dengan jumlah yang tidak bisa dibilang sedikit, dengan biaya perawatan yang tidak bisa dibilang murah, sangat ironis karena salon-salon yang ada hampir selalu dipenuhi pengunjung, perempuan Indonesia.

Saya tidak mau munafik, saya juga seorang perempuan. Saya percaya bahwa anggota badan dari ujung rambut sampai ujung kaki adalah anugrah yang harus dipelihara dan disyukuri. Tapi saya juga percaya bahwa nilai dari seorang perempuan tidak hanya dinilai dari sisi fisik semata.

Pertanyaan yang muncul dibenak saya, sebegitu besarnyakah pengaruh media yang mampu merubah cara pandang orang banyak tentang bagaimana seorang perempuan “cantik”itu? Dan tanpa disadari hal itu sedikit banyak dipengaruhi oleh lahirnya sosok-sosok perempuan yang “cantik” yang seolah-olah merupakan penokohan dari perempuan-perempuan Indonesia, tokoh Puteri Indonesia, tokoh Miss Indonesia, cover girl majalah ini , pemilihan model itu, puteri ini, puteri itu, dan percaya atau tidak, telah banyak tokoh puteri-puteri tercipta. Dengan slogannya yang sangat familiar di telinga kita “beauty, brain, behavior”, yang seolah-olah jadi pembenaran dari terciptanya gelar untuk puteri-puteri itu.

Sekali lagi ini bukan terlahir karena setuju atau tidak setuju, pro atau kontra, merasa cantik atau tidak, tapi tanpa kita sadari tokoh-tokoh puteri itu juga yang membimbing kita untuk mendeskripsikan arti cantik menurut kita. Cantik berarti, tinggi, putih, langsing, berambut panjang dengan muka sedikit indo. Kartini mungkin sedih melihat fenomena ini.

Dan entah juga karena begitu besarnya pengaruh mode lokal maupun internasional yang sekali lagi disebarkan oleh media, setiap perempuan seperti berlomba-lomba untuk mengikuti trend yang ada. Pada saat trend tank top dimulai setiap perempuan juga menggunakan tank top tidak peduli badannya kurus atau gemuk, pada saat cat rambut warna coklat burgundy di launching ke pasaran hampir setiap perempuan mengecat rambutnya dengan warna itu, pada saat warna kulit idaman adalah putih bersih seperti artis-artis Korea hampir semua wanita membeli produk pemutih atau menjadi langganan salon-salon permak wajah, dan pada saat high heels digunakan oleh banyak selebritis semua perempuan dari segala kalangan membeli high heels, tak perduli murah atau mahal, lecet atau tidak, mereka tidak perduli asal mengikuti trend saat ini.
Bisa dibayangkan pada saat kita pergi ke mall atau turun ke jalan, bisa kita lihat para perempuan Indonesia sama-sama memakai tank top, berjeans ketat, berkulit putih, menggunakan high heels dan berambut burgundy. 
Menakutkan.

Entah bagaimana merubah cara pandang yang sudah terbentuk itu, melihat perempuan Indonesia lebih berisi dan berkarakter. Bukan berarti saya menutup mata kepada para perempuan Indonesia yang memiliki karakter yang kuat dengan isi di kepalanya. Tapi butuh waktu lama untuk kembali menyadarkan bahwa perempuan cantik itu tidak semata seperti boneka-boneka Barbie dan puteri-puteri di cerita Disney, tapi dia juga harus cerdas dan "berisi". Dan entah kapan fenomena ini akan berubah bahwa cantik itu bukan semata-mata fisik dan penampilan, tapi cantik itu juga lahir dari hati. 

Selamat menjadi cantik!

Roti pagi ini : Pane con Formaggio

Saya penggemar roti. Apalagi roti buatan sendiri.
Bukan roti manis berisi. Bukan roti lembek yang terlalu banyak kimiawi. 
Setelah berbulan-bulan libur bikin roti, akhirnya jadi juga roti ini.

My humble homemade artisan bread. Enjoy!