Friday, May 30, 2014

Roti pagi ini : Cranberry walnut bread

Good morning!
Have I told you that combination of nut and fruit is always perfect for making yummy bread? Today I try walnut and cranberry with a hint of cinnamon in my dough.
Care to try?

I just love holes inside my bread :) 
Yes, you are invited

Thursday, May 29, 2014

Sumber Hidangan Bandung : Selamat datang di masa lalu

Jangan bosan kalau saya bilang berulang betapa jatuh cintanya saya pada sesuatu yang berbau tua dan lama. Sama halnya dengan tumpukan batik-batik tua di lemari saya. Sama halnya dengan barang-barang lama yang tersebar di setiap pojok rumah saya. Begitu pula halnya mengunjungi tempat-tempat tua, saya suka.

Dan jangan bosan pula kalau saya kembali lagi dan lagi ke Bandung. Selalu banyak hal yang mengingatkan saya pada jaman dulu dan mengoda saya untuk mencoba hal baru. Sama  dengan mengunjungi tempat yang satu ini. Dulu seorang teman selalu membawa kue dari toko ini setiap dia pulang mengunjungi Bandung. Saya bilang dia fanatik. Dulu dia selalu membawa kue kaki kambing yang tenyata nama aslinya Bokkepot yang artinya benar-benar kaki kambing.

Sumber hidangan. Nama tempat ini. Akhirnya saya bisa datang langsung, memesan dan menikmati semua yang berbau tua tepat di tempat asalnya. Sumber hidangan yang nama aslinya Het Snoephuis (the candy store) adalah toko roti dan kue dan toko es krim yang sudah mulai berjualan sejak tahun 1929. Berada di suatu jalan yang paling legendaris di kota Bandung, Bragaweg. Tepatnya di Jalan Braga no. 20-22 Bandung.

Wednesday, May 28, 2014

Sup Senerek Bu Atmo Magelang : Resep Belanda rasa Indonesia

Suami saya selalu bilang berulang-ulang, dia pernah makan sup kacang merah paling enak yang pernah ada. Konon dia pernah ke Magelang dan makan sup itu di masa muda. Saya tidak percaya sampai saya mencoba, itu kata saya.

Masih dengan perjalanan lewat darat ke daerah Jawa, pagi itu sampailah saya ke Warung Makan Bu Atmo, tempat semangkuk sup lezat tersedia. Sup ini berawal dari sup kacang merah ala Belanda, brenebon soup istilahnya. Sup kental lezat dengan kaldu daging sapi lengkap dengan kacang merah dan potongan-potongan daging sapi didalamnya. Brenebon sup cenderung lebih kental dengan rasa merica yang gurih terasa. Sup Bu Atmo ternyata berbeda.

Tuesday, May 27, 2014

Vineth Bakery : Demi cinta dalam sepotong roti

Kalau anda tinggal di Jakarta dan penggemar roti pastinya tidak asing lagi dengan nama bakery ini. Sebelum saya jadi penggemar roti dan pergi merantau ke negeri jauh disana saya sudah sering mendengar nama toko roti ini dari ibu mertua saya. Sekitar awal tahun 80-an ibu saya sudah mulai membeli roti di bakery ini sepulang dari Jerman sana.

Vineth ini satu dari tiga toko roti modern yang ada pada zaman itu, yang lain yaitu Holand Bakery dan Gandy Bakery. Vineth berdiri pada tahun 1977 dipelopori oleh bapak mertua William Wongso dengan toko pertama di daerah Samanhudi, Jakarta Pusat. Berbeda dengan Holand dan Gandy yang lebih menawarkan roti empuk rasa Asia, Vineth memproduksi roti-roti berat khas Eropa.

Friday, May 23, 2014

Roti pagi ini : Almond and apricot bread

Perfect combination between nuts and fruit is always make your bread special. Dried apricots and almond is one of the answer. This bread is kind of beyond water for fermentation. I use mix of water and peanut (almond) butter for base.
Please enjoy!




Thursday, May 22, 2014

Pekalongan : Garang Asem H. Masduki

Kalau kebetulan anda lewat kota Pekalongan saat menuju Jogja jalan darat, atau kalau anda memang sengaja ke Pekalongan demi beberapa helai kain batik cantik. Maka anda wajib makan siang di tempat ini.

Seperti hari itu, ditengah perjalanan menuju Jogja saya sudah membuat janji mampir di toko batik langganan di daerah Kauman sana. Kauman sendiri seperti pada umumnya kota-kota penghasil batik merupakan daerah sentra batik di Pekalongan. Letak daerah ini berada tepat di tengah kota, tidak jauh dari alun-alun kota.

Pagi itu sekitar jam 10.30 saya sampai di Pekalongan. Dengan perut lapar karena tidak sarapan benar tadi pagi. Yup, who had a decent breakfast when you're in a road trip? So this is gonna be my decent one. Langsung menuju pusat kota si alun-alun tadi, tempat semangkuk garang asem favorit tersaji. Garang asem atau adapula yang menyebutnya asem-asem daging. Sejenis sup daging sapi dengan rasa segar dengan cabe rawit berkuah aga kehitaman. Sedap. Satu warung makan legendaris menyajikan jenis sup ini, adalah warung makan H. Masduki. Terus terang belum pernah saya menemukan warung makan lain yang khusus menyajikan makanan ini. Sementara menu-menu lain yang tersaji hanya jadi pelengkap saja.

Monday, May 19, 2014

Roti pagi ini : Pane all'Olive

What do you need to have a bright Monday morning?
A smile and a good warm bread will be enough.
Enjoy the rest of the day!

My Pane all'olive

Olive bread with a cheese chunk, yum!

Enjoy!

Saturday, May 17, 2014

Soup for dinner : Mushroom soup with Ciabatta

Please don't call this boring. Again I make a nice warm soup from the starch for our dinner. And yes! Its is addictive. And easy. And healthy.

Hearty warm soup of the day

And please don't tell that I'm exaggerating, this is a historical moment for me as a baker. That today I can make my own ciabatta with a right taste, texture and method. 
Cheers for that :)

Crusty outside, chewy inside
I just love my bread
Please enjoy :)

So for tonight dinner, I proudly present my mushroom soup with ciabatta.
Have a great weekend everyone.

Friday, May 16, 2014

Pasar Punclut : Banyak cara untuk bahagia

Sepertinya tidak habis hal-hal baru yang bisa dicoba di kota Bandung. Apalagi kalau anda sama seperti saya, penggemar pasar. Mungkin bosan mendatangi FO yang bertebaran di seluruh penjuru kota, tidak ada salahnya anda bangun pagi di akhir minggu yang dingin demi mendatangi sebuah pasar sepanjang jalan di daerah punclut.

Pasar punclut ini berada di sebelah utara daerah Ciumbuleuit, kalau anda familiar dengan jalan Cihampelas terus menuju utara sampai lah anda di daerah Cimbuleuit. Di sebelah kiri jalan ada sebuah rumah sakit yang cukup eye catching dengan cat warna biru muda, RS TNI AU Dr. Salamun, maka tepat di sebrangnya pasar punclut berada. Kalau anda memakai kendaraan pribadi, mobil atau motor anda bisa numpang parkir di pelataran parkir rumah sakit ini. Setiap akhir minggu sepertinya tidak banyak pasien atau penjenguk yang datang di pagi hari.

Please enjoy the crowds!
Sebenarnya pasar ini seperti pasar kaget yang hanya ada di akhir minggu. Kita bisa mulai perjalanan menjelajahi pasar ini dari bawah hingga ke puncak. Pagi ini saya tidak bermaksud untuk mencapai puncak, maklum perjalan di sepanjang jalan menuju puncak biasanya penuh tumpah ruah dengan segala macam yang mungkin tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Belum lagi membawa anak-anak dibawah umur yang pasti ada saja alasannya. Pagi ini saya hanya ingin menikmati pasar punclut. Pasar segala ada.

Saya rela mengantri untuk yang ini (awug Rp. 5000)
Beauty for Rp. 5000 each
Di ruas jalan yang tidak terlalu lebar, sisi kanan kirinya penuh dengan orang berjualan. Sementara pembeli, pejalan kaki, penduduk setempat tumpah ruah di sepanjang jalan. Sambil sesekali sepeda motor ikut lalu lalang. Apa yang dicari? sebut saja. Dari segala jenis makanan khas, buah-buahan, sendal, baju, sepatu, binatang peliharaan, tanaman, sampai sepeda motor dijual disana.

Dijual dengan harga 10ribu rupiah saja
Saya harus melewatkan yang ini 
Satu makanan yang terkenal apabila sempat mampir ke pasar punclut yaitu nasi beras hitam dan nasi beras merah, yang disajikan dengan segala jenis lauk pauk khas dataran sunda. Sayang, hari ini saya tidak tertarik untuk mencoba. Terlalu banyak jajanan lain yang membuat perut saya penuh seketika.

Siapa mau coba?
Sudah saya bilang, ini pasar segala ada

Saya mau bawa pulang semua
Semua barang yang dijual dibandrol dengan harga masuk akal, menawar rasanya tidak tega. Saran saya, tidak usah jalan terburu-buru siapa tahu ada hal menarik yang terselip di salah satu sudutnya. Hari itu saya sukses membawa beberapa belanjaan pulang, termasuk cardigan berwarna fushia untuk anak saya (Rp. 20.000), buah delima yang sudah menjadi buah langka (Rp. 2500 per buah) dan 2 ekor hamster berwarna putih abu-abu yang dipilih anak saya dan dibeli dengan alasan lucu sekali katanya. Hamster tadi dijual seharga Rp. 15.000 per ekornya. 

Kapan terakhir melihat anak anda
tertawa lepas bahagia?
Selamat bangun lebih awal di minggu pagi. Selamat menikmati suasana pasar di pagi hari, tanpa embel-embel panas, gerah, becek, bau, penuh, ribut dan sebagainya. Nikmati saja. Saya jamin pulang dari sana anda akan lebih bahagia.

Wednesday, May 14, 2014

Soup for dinner : chicken soup for the soul

Yes, it is addictive. To have a warm tasty soup for dinner. Its yummy, healthy and easy. 
That's all you need as a cook.

Warm hearty meal

Lets call it side dish

Before, I always skeptical to have a good chicken soup from the starch. I hate all the recipes with a ready to cook broth that contain a lot (I mean a looot) of sodium in it. And I don't like the 'cold' feeling after you sip your soup, with a warm feeling after you sip it until the last scoop, this one definitely a keeper. I made also a baguette and olive bread as a 'side dish'.

Bread and broth, what else do you need? 

Thursday, May 8, 2014

Tiong Bahru Bakery

Hari ini Singapore hujan datang dan berhenti. Berhari-hari saya membolak balik halaman di internet mengenai best artisanal bakery in Singapore. Dan rasanya saya ingin mendatangi salah satu toko roti itu hari ini. Bukan besok hari. Membaca review, melihat-lihat foto, melihat peta, akhirnya saya memutuskan untuk mengunjungi Tiong Bahru Bakery. Dan hujanpun turun lagi. Hmmmft.

Tiong Bahru bakery dibuka di salah satu daerah tua di Singapore (Eng Hoon Street) berkolaborasi dengan artisan baker Gontran Cherrier. Sebenarnya bakery ini juga membuka cabang di Raffles City mall, tapi saya tidak dalam mood mengunjungi mall seperti biasa, hanya ingin mengunjungi toko roti sesuai aslinya.

Beautiful old corner shop
Welcoming door

Sesampainya disana, wangi roti yang dibakar sudah bisa dicium dari jarak 50 meter. Di deretan toko-toko tua, toko roti ini bisa cepat dikenali dari bentuk dan wanginya. Masuk ke dalam toko tercium wangi kopi lengkap dengan mesin kopi berwarna perak mengkilat. Lengkap sudah. 

Anyone?
Over counter bread
Dengan tag the best croissant in town, saya tergoda untuk membeli empat buah croissant (S $2.9), half loaf sourdough bread (S $4.5) dan half loaf cranberry almond bread (S $5) untuk dibawa pulang. Sayangnya saya tidak membeli pastry-pastry lain yang sangat menggoda. Menyimpan janji untuk kembali kesini esok-esok hari, untuk membeli sepotong roti lengkap dengan teh atau kopi.

Siapa yang tidak tergoda?
Beauty (all about S $9.5)
Setelah jalan yang panjang untuk membawa pulang roti-roti tadi. Tidak ada yang lebih nikmat dari menyeduh secangkir teh dan menyalakan oven untuk menghangatkan croissant yang saya beli. What else do you need beside a cup of your favorite tea and a warm nice bread (or croissant) on your plate?

Perfectly layered
Croissant ini, mungkin memang croissant yang paling enak di kota ini. Atau mungkin yang pernah saya makan. Maklum saya belum pernah makan croissant di Eropa tempat asalnya. Layer-nya tidak terlalu tipis, malah cenderung aga lebih tebal dari biasanya. Rasanya tidak terlalu buttery, but taste moist perfectly. Yum!

And the breads is awesome :)
Apa kabar roti-roti yang saya beli. Enak. Apalagi saya yang rindu dengan sourdough bread yang rasanya tidak terlalu asam. Terbayang semangkuk sup panas di depan meja, yang sayangnya tidak ada. Cranberry almond bread yang saya beli, teksturnya lebih padat dari si sourdough tadi. Kombinasi sempurna dari buah dan kacang. Sekali lagi, roti ini enak.

Kalau suatu saat sempat mampir ke toko roti ini jangan lupa untuk mencicipi almond croissant dan kouign amann yang katanya juga signature dari toko roti ini. Kalau soal harga, sepertinya mereka memang menghargai cukup mahal setiap roti yang pastry yang ada dibanding toko roti lainnya. Tapi untuk sebuah roti istimewa, rasanya itu sah saja.

Tiong Bahru Bakery
56 Eng Hoon Street
#01-70 Singapore 160056
Daily : 8am-8pm (closed on Tue)

Tuesday, May 6, 2014

Semalam di Malang : Rumah Makan Inggil

This is my kind of thing! Itu yang terlintas di pikiran saya setelah perjalanan jauh lewat darat ke kota Malang. Setelah seharian di jalan, sesampainya di Malang tempat makan ini seperti menjawab semua kerinduan dan rasa lapar saya akan makanan khas Indonesia yang benar-benar lezat. Berlebihan? Tidak juga. 

Selamat datang di Rumah Inggil
Rumah Inggil begitu saya menyebutnya, terletak tidak jauh dari pusat kota. Berada di sebuah bangunan tua di daerah tua yang membuat saya jatuh cinta. Tepat di sebelah di bangunan yang sama ada sebuah toko lucu, mereka menyebutnya Museum Malang Tempo Doeloe yang didalamnya berada juga toko oleh-oleh yang menjual merchandise khas Malang yang mereka buat sendiri disamping souvenir-souvenir lain khas etnik Jawa. Masuk ke dalam, saya dibuat tercengang-cengang sekaligus jatuh cinta. It is really my kind of thing! Pikir saya lagi.

Komposisi cantik!
Kursi dan lesehan yang tersedia
Bagian dalam rumah makan sebenarnya sederhana saja, tidak banyak ruangan berbeda. Hanya satu ruang makan yang rasanya seperti rumah saja, bedanya banyak kursi makan berjajar, tersebar di seluruh ruangnya. Diujung ruangan terdapat satu pojok panggung sederhana. Kebetulan malam itu malam minggu, ada satu band lokal menyanyikan lagu-lagu nostalgia. Lengkap sudah. Di sisi sebelah kiri ruang terdapat beberapa tempat makan yang dibuat lesehan. Saya memilih duduk disana.  

Tahu petis Rumah Inggil
Membuka buku menu, saya seperti mau pesan semua. Semua makanan dibandrol dengan harga bersahabat menurut saya. Kalau tidak salah ingat yang paling mahal yaitu menu rawon buntut yang diberi harga 40.000 rupiah. Sampai detik ini saya lupa saya pesan apa saja, yang saya ingat pecel madiun yang saya pesan rasanya luar biasa. 

Cap batik idaman
Rasanya seperti dirumah saja
Cantik antik

Saya tidak bisa merekomedasikan apa-apa. Bahkan saya sudah lupa makanan apa saja yang saya pesan saking menikmatinya. Bukan hanya makanannya, tapi juga suasananya, musiknya. Semuanya.
Coba saja.

Sunday, May 4, 2014

Sidoarjo antara kerupuk udang dan lumpur lapindo

Siapa yang tidak tahu kerupuk udang dari Sidoarjo? Atau setidaknya kalau kita sampai ke Surabaya pasti di deretan rak toko oleh-oleh ada setumpuk kerupuk udang dari Sidoarjo. Tapi mungkin sekarang kerupuk udang Sidoarjo tadi kalah tenar dengan lumpur Sidoarjo.

Liburan akhir tahun, seperti biasa cukup panjang. Cukup panjang untuk memaksa saya menjelajah lebih jauh, akhirnya saya memutuskan berkendara membelah Jawa. Road trip istilah kerennya. 

Ke Sidoarjo, berniat mengunjungi dan menginap di rumah seorang teman dekat. Saya tidak menyangka kalau sebelum masuk kota Sidoarjo sudah ada tempat menarik untuk disinggahi. Di jalan menuju pusat kota banyak bapak-bapak menawarkan tempat parkir atau hanya melambai-lambaikan bendera ditengah laju truk-truk luar kota. Awalnya saya sempat bingung juga, ada apa? Ternyata di sisi kanan jalan provinsi tersebut sudah banyak tempat pemberhentian untuk melihat lumpur, mereka menyebutnya wisata lumpur lapindo.

Selamat Datang di Wisata Lumpur
Saya berhenti. Kapan lagi. Kapan lagi saya lewat sini. Kapan lagi saya melihat fenomena geologi dimana mud volcano yang dianggap carbonate mount berisi gas bisa tumpah ruah menenggelamkan total 19 desa di Sidoarjo.

Sedih dan nelangsa
Ini bukan foto hitam putih
Hanya ada lumpur dan lumpur saja

Diluar semua polemik tentang lumpur lapindo. Diluar pro kontra pembayaran ganti rugi yang tidak kunjung lunas diterima. Banyak para korban yang akhirnya menjadikan tempat ini menjadi mata pencaharian. Dengan menjadi guide dadakan yang mau dibayar seikhlasnya.

Lumpur hitam dan langit kelam
 Kalau kebetulan lewat kesana, tidak ada salahnya. Mampir saja.

Pasar Malam Sekaten Yogyakarta

Rasanya saya pernah bilang kalau saya suka pasar. Entah pasar becek, pasar loak, pasar kaget, pasar tradisional sampai pasar malam. Saya selalu mendapatkan hal-hal menyenangkan pada saat berkunjung ke pasar-pasar tadi, like you really feel the crowd, no matter where you are. 

Sama halnya dengan pasar malam, meski sama-sama dibilang pasar beda rasa dan sensasinya. Kalau tidak salah sudah kesekian kali-nya saya berada di Yogyakarta bersamaan dengan digelarnya pasar malam di alun-alunnya. Saya bahagia.

Pasar malam ini disebut pasar malam sekaten. Biasanya diadakan di alun-alun utara Jogja selama sebulan penuh. Pasar ini digelar rutin setiap tahun oleh Keraton Yogyakarta dan pemerintah DIY untuk memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW. Sebenarnya fokusnya bukan hanya pasar malam tadi, didalam acara sekaten tadi biasanya diadakan pula pentas kesenian daerah, lomba-lomba keagamaan, sampai grebeg pada saat puncaknya. Tapi si pasar malam ini rasanya seperti pesta rakyat dimana semua orang sah berada disana entah malam libur atau bukan, hanya untuk menikmati dan "berpesta". Bahagia.

Sugeng Rawuh
Semua orang boleh bahagia disana. Kakek nenek, bapak dan ibu, anak-anak kecil, bayi-bayi mungil. Atraksi, hiburan, jajanan, barang-barang jualan, panggung hiburan, semua ada disana. Tumpah ruah untuk semua orang, semua kalangan.

Banyak cara untuk bahagia

Semua atraksi di bandrol dengan harga sama 5000 rupiah saja, kecuali untuk mainan sejenis inflatable yang sepertinya membutuhkan biaya operasional lebih mahal dibandrol 10.000 rupiah untuk setiap 30 menitnya. Soal jajanan, sebut saja. Semua ada disana. Ada bagian dimana semua jenis tukang jajanan tumplek boleh berjualan disana. Bakso, mie ayam, roti bakar, nasi goreng, soto ayam, jagung bakar sampai wedang ronde khas Jogja ada disana. 

Sepatu karet merk dulux, 35000 saja
Saya masih ingat, dulu kalau kota tempat saya tinggal saya berulang tahun diadakan pameran pembangunan. Isinya selain stand-stand pembangunan kota, tentu saja dipenuhi atraksi-atraksi rakyat tadi. Dan seperti mengajak saya bernostalgia semua atraksi itu ada di pasar sekaten Jogja. Kincir angin, kora-kora, kereta api, ombak banyu, roda gila, atraksi hewan-hewan aneh sampai rumah hantu juga ada disana. 

Diputar manual tenaga manusia
Siapa yang tidak tergoda?

Semoga ada kali-kali selanjutnya saya bisa berada disana. Buat saya Jogja masih tetap istimewa.

Friday, May 2, 2014

Monolog : ternyata biasa saja

Buat saya yang jarang pergi ke mall, berada di salah satu pusat keramaian bernama Plaza Senayan ternyata sesuatu sekali. Memang belum lama juga saya janjian dengan beberapa teman di tempat ini. Kebetulan hari ini saya lagi-lagi harus ke sini demi sebuah janji. 

Pertama melewati tempat ini sepertinya eye catching sekali, namanya juga simple keren, Monolog. Sebuah statement singkat tapi padat. Dan buat saya lagi yang sudah bertahun tidak tinggal di Jakarta atau muter-muter tempat gaul di Jakarta, tempat ini terlihat seru sekali. Mengingatkan saya pada satu tempat minum kopi atau bakery di belahan dunia sana. Karena janji tadi, saya hanya melirik panjang dan berkata dalam hati pulangnya saya akan mampir kesini.

Main entrance
Singkat cerita, kesampaian juga saya mampir ke tempat ini sebelum pulang. Ternyata Monolog ini tempat nongkrong yang mengusung kopi dan menu sarapan sebagai menu utama. Like a coffee and breakfast house. Suami saya penggemar kopi dan saya penggemar roti. Perfect!

Ruang dalam ternyata ruang khusus merokok. Banyak kursi-kursi nyaman disana. Jejeran roti-roti beraneka bentuk yang dipajang membuat saya berpikir, ini pasti enak, saya mau beli, terbayang sepotong roti dan butter untuk sarapan pagi.  Dan betapa kecewanya saya setelah saya tahu roti-roti itu ternyata hanya pajangan saja.

Modern country look cafe
Dari macam-macam jenis minuman kopi, suami saya memesan latte seperti biasa. Dan akhirnya saya bisa membeli beberapa potong roti untuk dicoba. Meski akhirnya saya tahu roti itu mungkin sebenarnya tidak dijual terpisah. Roti itu adalah bagian dari menu breakfast yang mereka jual disana.

Expensive not worthy

Kami pulang dengan segelas kopi dan beberapa potong roti. Bagel, ciabatta dan croisant. Belum semua roti tadi pernah saya coba buat. Tapi saya tahu rasa dari roti enak. 
Untuk latte, suami saya bilang enak. Kalau suami saya bilang enak berarti enak, tapi tidak istimewa. Apalagi untuk segelas latte seharga itu di Jakarta, mereka harus menjual kopi yang enak. Apalagi konsep Monolog sendiri kan jualan kopi. Itu wajib untuk enak. 

Untuk roti, saya kecewa. Bagel yang saya beli seperti membeli tahu isi yang ternyata tidak ada isinya. Kecewa itu pada tukang gorengan. Kali ini pada Monolog. Bagel yang dijual mengajarkan orang yang tidak tahu bagel semakin tidak tahu bagaimana bentuknya bagel. Bagel ini layaknya roti biasa, bahkan bentuknya saja tidak bulat seperti donat sempurna. Bagel ini tidak dibuat dengan bagel dough, tidak direbus dan dibakar dengan semestinya. Kecewa.
Belum lagi Ciabatta-nya, duh..saya penggemar kelas berat dari roti yang satu ini. Seperti-nya Monolog lagi-lagi membuat ciabatta dengan adonan dan teknik yang sama. Sebal.
Yang paling normal rasanya croisant. Dan saya rasa hampir semua orang tahu seperti apa rasa croisant.

Saya kecewa. Itu saja.

* Tempat : 
Monolog Quality Coffee. 
Ground Level Plaza Senayan
Jakarta Selatan