Siapa yang tidak tahu kerupuk udang dari Sidoarjo? Atau setidaknya kalau kita sampai ke Surabaya pasti di deretan rak toko oleh-oleh ada setumpuk kerupuk udang dari Sidoarjo. Tapi mungkin sekarang kerupuk udang Sidoarjo tadi kalah tenar dengan lumpur Sidoarjo.
Liburan akhir tahun, seperti biasa cukup panjang. Cukup panjang untuk memaksa saya menjelajah lebih jauh, akhirnya saya memutuskan berkendara membelah Jawa. Road trip istilah kerennya.
Ke Sidoarjo, berniat mengunjungi dan menginap di rumah seorang teman dekat. Saya tidak menyangka kalau sebelum masuk kota Sidoarjo sudah ada tempat menarik untuk disinggahi. Di jalan menuju pusat kota banyak bapak-bapak menawarkan tempat parkir atau hanya melambai-lambaikan bendera ditengah laju truk-truk luar kota. Awalnya saya sempat bingung juga, ada apa? Ternyata di sisi kanan jalan provinsi tersebut sudah banyak tempat pemberhentian untuk melihat lumpur, mereka menyebutnya wisata lumpur lapindo.
Selamat Datang di Wisata Lumpur |
Saya berhenti. Kapan lagi. Kapan lagi saya lewat sini. Kapan lagi saya melihat fenomena geologi dimana mud volcano yang dianggap carbonate mount berisi gas bisa tumpah ruah menenggelamkan total 19 desa di Sidoarjo.
Sedih dan nelangsa |
Ini bukan foto hitam putih |
Hanya ada lumpur dan lumpur saja |
Diluar semua polemik tentang lumpur lapindo. Diluar pro kontra pembayaran ganti rugi yang tidak kunjung lunas diterima. Banyak para korban yang akhirnya menjadikan tempat ini menjadi mata pencaharian. Dengan menjadi guide dadakan yang mau dibayar seikhlasnya.
Lumpur hitam dan langit kelam |
Kalau kebetulan lewat kesana, tidak ada salahnya. Mampir saja.
No comments:
Post a Comment