Buat saya yang jarang pergi ke mall, berada di salah satu pusat keramaian bernama Plaza Senayan ternyata sesuatu sekali. Memang belum lama juga saya janjian dengan beberapa teman di tempat ini. Kebetulan hari ini saya lagi-lagi harus ke sini demi sebuah janji.
Pertama melewati tempat ini sepertinya eye catching sekali, namanya juga simple keren, Monolog. Sebuah statement singkat tapi padat. Dan buat saya lagi yang sudah bertahun tidak tinggal di Jakarta atau muter-muter tempat gaul di Jakarta, tempat ini terlihat seru sekali. Mengingatkan saya pada satu tempat minum kopi atau bakery di belahan dunia sana. Karena janji tadi, saya hanya melirik panjang dan berkata dalam hati pulangnya saya akan mampir kesini.
Main entrance |
Singkat cerita, kesampaian juga saya mampir ke tempat ini sebelum pulang. Ternyata Monolog ini tempat nongkrong yang mengusung kopi dan menu sarapan sebagai menu utama. Like a coffee and breakfast house. Suami saya penggemar kopi dan saya penggemar roti. Perfect!
Ruang dalam ternyata ruang khusus merokok. Banyak kursi-kursi nyaman disana. Jejeran roti-roti beraneka bentuk yang dipajang membuat saya berpikir, ini pasti enak, saya mau beli, terbayang sepotong roti dan butter untuk sarapan pagi. Dan betapa kecewanya saya setelah saya tahu roti-roti itu ternyata hanya pajangan saja.
Modern country look cafe |
Dari macam-macam jenis minuman kopi, suami saya memesan latte seperti biasa. Dan akhirnya saya bisa membeli beberapa potong roti untuk dicoba. Meski akhirnya saya tahu roti itu mungkin sebenarnya tidak dijual terpisah. Roti itu adalah bagian dari menu breakfast yang mereka jual disana.
Expensive not worthy |
Kami pulang dengan segelas kopi dan beberapa potong roti. Bagel, ciabatta dan croisant. Belum semua roti tadi pernah saya coba buat. Tapi saya tahu rasa dari roti enak.
Untuk latte, suami saya bilang enak. Kalau suami saya bilang enak berarti enak, tapi tidak istimewa. Apalagi untuk segelas latte seharga itu di Jakarta, mereka harus menjual kopi yang enak. Apalagi konsep Monolog sendiri kan jualan kopi. Itu wajib untuk enak.
Untuk roti, saya kecewa. Bagel yang saya beli seperti membeli tahu isi yang ternyata tidak ada isinya. Kecewa itu pada tukang gorengan. Kali ini pada Monolog. Bagel yang dijual mengajarkan orang yang tidak tahu bagel semakin tidak tahu bagaimana bentuknya bagel. Bagel ini layaknya roti biasa, bahkan bentuknya saja tidak bulat seperti donat sempurna. Bagel ini tidak dibuat dengan bagel dough, tidak direbus dan dibakar dengan semestinya. Kecewa.
Belum lagi Ciabatta-nya, duh..saya penggemar kelas berat dari roti yang satu ini. Seperti-nya Monolog lagi-lagi membuat ciabatta dengan adonan dan teknik yang sama. Sebal.
Yang paling normal rasanya croisant. Dan saya rasa hampir semua orang tahu seperti apa rasa croisant.
Saya kecewa. Itu saja.
* Tempat :
Monolog Quality Coffee.
Ground Level Plaza Senayan
Jakarta Selatan
No comments:
Post a Comment