This is my kind of thing! Itu yang terlintas di pikiran saya setelah perjalanan jauh lewat darat ke kota Malang. Setelah seharian di jalan, sesampainya di Malang tempat makan ini seperti menjawab semua kerinduan dan rasa lapar saya akan makanan khas Indonesia yang benar-benar lezat. Berlebihan? Tidak juga.
|
Selamat datang di Rumah Inggil |
Rumah Inggil begitu saya menyebutnya, terletak tidak jauh dari pusat kota. Berada di sebuah bangunan tua di daerah tua yang membuat saya jatuh cinta. Tepat di sebelah di bangunan yang sama ada sebuah toko lucu, mereka menyebutnya Museum Malang Tempo Doeloe yang didalamnya berada juga toko oleh-oleh yang menjual merchandise khas Malang yang mereka buat sendiri disamping souvenir-souvenir lain khas etnik Jawa. Masuk ke dalam, saya dibuat tercengang-cengang sekaligus jatuh cinta. It is really my kind of thing! Pikir saya lagi.
|
Komposisi cantik! |
|
Kursi dan lesehan yang tersedia |
Bagian dalam rumah makan sebenarnya sederhana saja, tidak banyak ruangan berbeda. Hanya satu ruang makan yang rasanya seperti rumah saja, bedanya banyak kursi makan berjajar, tersebar di seluruh ruangnya. Diujung ruangan terdapat satu pojok panggung sederhana. Kebetulan malam itu malam minggu, ada satu band lokal menyanyikan lagu-lagu nostalgia. Lengkap sudah. Di sisi sebelah kiri ruang terdapat beberapa tempat makan yang dibuat lesehan. Saya memilih duduk disana.
|
Tahu petis Rumah Inggil |
Membuka buku menu, saya seperti mau pesan semua. Semua makanan dibandrol dengan harga bersahabat menurut saya. Kalau tidak salah ingat yang paling mahal yaitu menu rawon buntut yang diberi harga 40.000 rupiah. Sampai detik ini saya lupa saya pesan apa saja, yang saya ingat pecel madiun yang saya pesan rasanya luar biasa.
|
Cap batik idaman |
|
Rasanya seperti dirumah saja |
|
Cantik antik |
Saya tidak bisa merekomedasikan apa-apa. Bahkan saya sudah lupa makanan apa saja yang saya pesan saking menikmatinya. Bukan hanya makanannya, tapi juga suasananya, musiknya. Semuanya.
Coba saja.
No comments:
Post a Comment