Bisakah kita menjadi teman baik, tanpa basa basi? Rindu saya dengan percakapan mendalam antar sahabat yang dangkal tapi sarat arti. Tentang lagu melayu yang lebay tapi gampang diingat. Tentang hujan berakibat banjir yang bukan hanya basa basi tapi ternyata bisa menjadi topik yang berarti.
Bisakah kita berbicara apa adanya, tanpa dibuat buat. Tanpa harus menjaga martabat dan tertawa lepas kala salah satu diantara kita terdengar mengeluarkan kentut yang suaranya berat.
Bisakah kita bicara tak habis-habis. Tertawa menangis-nangis layaknya seorang sahabat dekat.
Saya rindu semua itu. Kenapa tidak kita sekedar menjadi teman dekat, kalau memang tidak bisa menjadi sahabat.
Bisakah kita berbicara apa adanya, tanpa dibuat buat. Tanpa harus menjaga martabat dan tertawa lepas kala salah satu diantara kita terdengar mengeluarkan kentut yang suaranya berat.
Bisakah kita bicara tak habis-habis. Tertawa menangis-nangis layaknya seorang sahabat dekat.
Saya rindu semua itu. Kenapa tidak kita sekedar menjadi teman dekat, kalau memang tidak bisa menjadi sahabat.
Seorang sahabat dekat berpendapat, itu karena kita memang tidak punya kesamaan untuk bisa menjadi dekat. Persamaan keadaan, persamaan kesukaan, persamaan tujuan, persamaan pandangan. Benarkah?
Tapi saya benci senyum manis yang dibuat-buat. Tawa tertahan yang tidak bisa lepas. Dan tawa sinis dibelakang sana, saat tidak terlihat. Dan ternyata sahabat memang tidak bisa dibuat-buat.
No comments:
Post a Comment