Hmmm..menghela nafas panjang..
Pertanyaan sulit. Sudahkah kita? Sudahkah saya?
Terbayang dalam pikiran, lalu terlintas bahwa inshaAllah saya akan ada pada saat anak saya disunat, anak saya pertama masuk sekolah, anak saya dibagi rapor semesteran, anak saya pertama kali manggung di pentas sekolah, anak saya mendapat piala saat juara kelas, anak saya lulus SMA, anak saya lulus masuk perguruan tinggi, anak saya di wisuda, anak saya dilamar pacarnya, anak saya menikah, anak saya 7 bulanan, anak saya melahirkan..stop! stop! stop!
Saya sudah mengkhayal terlalu jauh. Maklum ibu-ibu.
Kembali saya bertanya sudahkah saya ada untuk anak-anak? Pada saat mereka membutuhkan. Yang saya maksud sekarang. Bukan nanti yang akan datang.
Kadang semua luput dari perkiraan, kapan anak-anak membutuhkan? kapan kita dibutuhkan?
mencoba saya mengingat kuat-kuat kapan saya membutuhkan ibu saya? ayah saya? orang tua saya? dan saya kembali tersadar bahwa setiap anak butuh orang tuanya dari mulai lahir sampai dia berubah tua dan beruban. Lalu kembali saya merunut ingatan kapan saya paling membutuhkan orang tua saya? ayah dan ibu saya, dan jawabannya ternyata hanya satu, waktu kecil. Saat saya tidak kuasa bertindak, Tidak kuasa berbuat.
Ya! saya amat teramat membutuhkan ibu dan ayah saya sewaktu kecil. Sewaktu saya belum sekuat sekarang, belum setua sekarang. waktu kecil saya tidak bisa melawan rasa sedih, tidak bisa memilih, tidak bisa tegar, tidak bisa menahan sakit, tidak bisa mengobati, tidak bisa memutuskan, tidak bisa bertindak, tidak bisa mencari makan kala lapar, tidak bisa memasak air untuk minum, tidak bisa ke dokter kala sakit, tidak bisa pergi sendirian, tidak bisa tidur dalam gelap, tidak bisa menyebrang jalan, tidak bisa. tidak bisa. tidak bisa. tidak bisa. Banyak tidak bisa. Dari hal kecil hingga besar. Sewaktu kecil manusia rapuh dan terbatas.
Kembali saya berpikir, anak-anak saya sekarang masih kecil. Manusia kecil, yang rapuh dan terbatas. Saya kembali tersadar inilah saat-saat mereka amat teramat membutuhkan saya. Membutuhkan orang tuanya. Dan saya bertanya, sudahkah saya ada untuk mereka?
Lekat dalam pikiran saya, sebelum saya beranak pinak. sebelum saya punya anak. Seorang psikolog terkenal, Sarlito Wirawan Sarwono, berkata di sebuah talk show di saluran tv ternama ,
"Orang tua zaman sekarang begitu mengherankan. Mereka seperti berada dalam waktu yang salah bagi anak-anak mereka. Sewaktu anak-anak mereka kecil mereka melihatnya baik-baik saja, anak dipelihara dan dididik oleh pengasuh mereka, toh hanya mengganti popok dan bermain saja. Tapi sewaktu mereka lebih besar hendak lulus sekolah dasar mereka berusaha mendidik dan merangkul kembali anak-anak mereka dan itu adalah salah. Kedekatan anak dan orang tua tidak akan terjadi dalam semalam. Didikan orang tua terhadap anak tidak akan terbentuk dengan mudah. Justru semua harus dilakukan sewaktu anak mereka kecil bukan saat mereka hendak menjadi besar. Sewaktu kecil anak dibebaskan dengan didikan siapa saja tapi ketika hendak besar mereka dijaga ketat dengan aturan-aturan. Seharusnya dibalik, anak yang sewaktu kecil dipenuhi kedekatan dan didikan ketika menjadi besar justu kita bisa membebaskan".
Dan kata-kata itu selalu lekat dalam ingatan.
Saya memutuskan, lupakan semua kejadian-kejadian penting yang selalu kita anggap untuk kita selalu ada. Kejadian-kejadian yang saya sebut diatas yang sebenarnya rekaan pikiran kita semata. Anak-anak mungkin tidak perlu kita untuk selalu hadir saat dia manggung di sekolah, tidak perlu kita hanya saat bagi rapor semesteran, tidak perlu kita saat sunatan, tidak perlu kita saat wisuda, tidak perlu kita saat menikah, tidak perlu kita saat melahirkan dan punya anak. semua cuma hal-hal mewah yang terlihat penting untuk kita sebagai orang tua untuk tetap ada. Karena untuk hal-hal itu orang tua sudah sepantasnya ada. Tidak perlu dipertanyakan kenapa.
Tapi pernahkan kita bertanya kapankah sebenarnya kita dibutuhkan. Ternyata pada saat-saat kecil yang kadang terlewatkan. Pada saat anak kecil kita jatuh sakit, apakah kita selalu ada? karena obat yang paling mujarab untuk anak sakit adalah ibu yang berada di sampingnya. Pada saat anak kita malas sekolah, tahu kah kita apa sebabnya? atau kita masih saja memaksanya pergi sekolah dan menganggapnya bosan belaka. Pada saat anak kita bermusuhan dengan temannya, masihkah kita menganggap semua akan membaik dengan sendirinya? namanya juga anak-anak. Atau pada saat anak kita menangis di kamarnya, tahukah kita sebabnya? atau kita menggangap dia akan baik-baik saja. Sadarkah kita kalau ternyata anak kita tidak mau melewati jalan yang sama setiap paginya gara-gara dia takut anjing galak milik rumah pojok sana? banyak hal-hal kecil, yang kadang luput dan akan selalu luput.
Orang tua saya tidak selalu ada saat saya membutuhkan. Dan saya juga tahu, mungkin mustahil bagi saya untuk selalu ada pada saat anak-anak membutuhkan. Tapi mulai saat ini saya sadar bahwa saya tidak hanya dibutuhkan untuk hal-hal besar dalam hidup anak-anak. Tapi untuk banyak hal kecil yang kadang terlewatkan.
Sudahkan kita ada saat mereka membutuhkan? Semoga.
No comments:
Post a Comment